Club Cooee

Selasa, 24 Juli 2012

0 Translasi Lap Keu Part 2: Prosedur Translasi Ke Dalam Mata Uang Fungsional

Prosedur Translasi Mata Uang Asing
Di “Prosedur Translasi (Laporan Keuangan) Mata Uang Asing Menurut IFRS Part 1” sudah dibahas mengenai cara mentranslasikan laporankeuangan anak perusahaan—yang menggunakan mata uang asing—ke dalam mata uang pelaporan perusahaan induk. Di Part 2 ini JAK akan membahas prosedur translasi ke dalam mata uang fungsional, masih berdasarkan IFRS, tepatnya IAS 21. Sebagai tambahan JAK juga akan bahas mengenai prosedur mengkonversikan transkasi mata uang asing, dan disklosur-disklosur (footnotes) yang diperlukan sehubungan dengan translasi mata uang asing.
Metode translasi ke dalam mata uang fungsional digunakan APABILA mata uang fungsional anak perusahaan (subsidiary) BUKAN mata uang lokal yang berlaku dimana anak perusahaan beroperasi.
Misalnya: Masih merujuk pada contoh kasus yang saya gunakan di part 1. Jika mata uang fungsionalnya JAK Pte Ltd (yang beroperasi di Singapore) kebetulan bukan SIN$, maka metode yang digunakan adalah translasi ke dalam mata uang fungsional, yang akan saya bahas di part 2 ini.
Catatan: Jika belum tahu apa itu “mata uang fungsional”, silahkan baca Part 1.
Dua indikasi lain (selain mata uang fungsional yang bukam mata uang lokal) yang bisa digunakan sebagai patokan untuk menggunakan metode ini, yaitu:
  • Anak perusahaan (subsidiary) memiliki pola operasional yang terintegrasi begitu dekat dengan perusahaan induk. Misalnya: sebagian poses pembuatan barang dagangan di buat di anak perusahaan dan sebagiannya lagi di perusahaan induk, atau sebagian besar produk yang dijual di perusahaan anak adalah hasil produksi perusahaan induk atau sebaliknya.
  • Harga jual barang/jasa dipengaruhi oleh mata uang SELAIN mata uang lokal; ATAU sebagian besar pendanaan, penjualan, dan pengeluaran (cost & expenses) didenominasi (alias diukur) dalam satuan nilai SELAIN mata uang lokal.
Dalam menggunakan metode tranlasi ini, anda mentranslasikan item-item yang bersifat moneter (alias monetary items, yaitu: kas dan transaksi-transksi yang dilunasi dengan kas—misalnya: piutang, utang, pinjaman) dengan menggunakan RATE PENUTUPAN (closing rate) pada tanggal laporan keuangan anak perusahaan (catatan: mengenai spot exchange rate silahkan baca di part 1). Sedangkan akun aset dan liabilitas lainnya (persediaan, prepaid, aset tak lancar, dan ekuitas) di translasikan dengan menggunakan rate pertukaran yang berlaku pada tanggal (saat) masing-masing transaksi terjadi.
Berikut dalah prosedur lengkapnya:
Langkah-1. Pastikan bahwa mata uang fungsional anak perusahaan BUKAN mata uang lokal yang berlaku dimana anak perusahaan beroperasi (mengenai konsep mata uang fungsional silahkan baca part 1).
Langkah-2. Pergunakan ‘nilai tukar’, sesuai dengan situasi yang ada, untuk mentranslasikan laporan keuangan anak perusahaan ke dalam mata uang fungsional. Berikut adalah ‘nilai-tukar’ yang dipergunakan untuk masing-masing akun:
  • Pergunakan rate penutupan (closing rate) pada tanggal laporan keuangan anak perusahaan untuk: semua akun yang tergolong monetary items (kas dan transkasi-transkasi yang diselesaikan/dilunasi dengan kas).
  • Pergunakan rate historis (yang berlaku pada saat transaksi terjadi) untuk: semua non-monetary items (aset dan liabilitas yang tidak diselesaikan dengan kas)—yang diukur menggunakan cost historis dalam mata uang asing, misalnya: persediaan, aset tak lancar, intangible—termasuk penyusutan dan amortisasi—dan ekuitas yang diukur dengan menggunakan cost histories.
  • Pergunakan nilai tukar yang berlaku pada saat PENENTUAN NILAI WAJAR (fair value) dilakukanuntuk: semua non-monetary items yang diukur dengan menggunakan nilai wajar, dalam mata uang asing.
  • Pergunakan nilai tukar rata-rata tertimbang (weighted averageuntuk: semua item pendapatan dan biaya, kecuali yang sudah menggunakan nilai tukar yang sesuai saat transkasi (atau sudah diketahui).
Langkah-3. Catat (atau akui) selisih rate ke dalam Laba/Rugi.
Langkah-4. Sebagai langkah akhir (setelah translasi ke mata uang fungsional selesai dilakukan dan selisih rate telah diakui), apabila mata uang fungsional TIDAK SAMA dengan mata uang pelaporan, tentunya anda masih harus mentranlasikannya lagi ke mata uang pelaporan (lihat prosedurnya di part 1).
Catatan penting:
Dalam mentranslasikan “Laporan Laba Rugi”, bisa jadi anda menemukan item-item laba rugi yang dipengaruhi oleh item-item Neraca yang sudah ditranslasikan dengan menggunakan nilai tukar historis—khususnya non-monetary items. Misalnya: Harga Pokok Penjualan (COGS) dipengaruhi oleh nilai persediaan (di Neraca) yang sudah ditranslasikan dengan menggunakan rate pada saat persediaan diproduksi. Dalam kondisi demikian, untuk mentranslasikan COGS anda harus menggunakan nilai tukar (rate) yang sama seperti yang anda gunakan dalam mentranslasikan persediaan (di Neraca). Pendekatan yang sama bisa anda gunakan untuk kondisi-kondisi serupa, misalnya: untuk biaya penyusutan dan amoritisasi.

Translasi Untuk Tranaksi-Transaksi Dengan Mata Uang Asing

Supaya tidak membingungkan, perlu saya garis-bawahi, bahwa: prosedur ini BERLAKU UMUM, dalam pengartian: berlaku untuk semua transaksi yang menggunakan mata uang asing, di PERUSAHAAN MANAPUN (baik perusahaan induk yang memiliki anak perusahaan maupun perusahaan tunggal yang tidak memiliki anak perusahaan), sepanjang itu berupa transkasi yang menggunakan mata uang asing. Itu sebabnya mengapa prosedur ini dipisahkan dari 2 metode sebelumnya (di part 1 dan 2).
Bagaimana prosedurnya?
Pada dasarnya, transaksi dengan mata uang asing anda konversikan ke dalam mata uang pelaporan dengan menggunakan ‘spot-exchange rate’ (sejauh-jauhnya menggunakan closing rate) pada tanggal masing-masing transaksi.
Selanjutnya anda perlu membuat adjustment pada saldo akun yang didenominasi dengan menggunakan maa uang asing (selain mata uang pelaporan), pada tanggal laporan keuangan (baik tahunan maupun interim)—agar mewakili perubahan rate yang terjadi sejak laporan keuangan sebelumnya dibuat (atau sejak transkasi terjadi jika itu dalam periode yang sama)
Selisih yang timbul akibat konversi (populer dengan istilah “selisih rate”) diakui langsung di “Laporan Laba Rugi” untuk periode pasa saat selisih terjadi.
Berikut adalah ketentuan-ketentuan yang perlu anda perhatikan:
1. Jika perusahaan terlibat langsung dalam transaksi yang menggunakan mata uang selain mata uang melaporan, maka ADJUSTMENT SELISIH yang timbul akibat konversi rate (dari mata uang asing ke mata uang pelaporan) langsung diakui sebagai LABA/RUGI di LAPORAN LABA RUGI dalam periode itu juga.
Catatan: Selisih seperti ini akan terus berlangsung dari waktu-ke-waktu, dan anda bisa menggunakan pendekatan yang sama untuk pelaporan di periode-periode berikutnya—sampai tranaksi-transkasi tersebut tidak diikutsertakan lagi di dalam laporan keuangan.
2. Selisih (laba/rugi) rate TIDAK dibuatkan adjustment untuk transkasi-transaksi yang masuk ke dalam item laporan keuangan bersifat jangka panjang yang menggunakan metode EQUITY. Ciri utama item jenis ini yaitu: tanggal penyelesaian (atau pelunaasan) belum diketahui denga pasti. Untuk kasus ini, anda sebaiknya menggunakan prosedur seperti tranlasi laporan keuangan perusahaan anak ke laporan keuangan perusahaan induk (lihat part 1 dan Translasi ke dalam mata uang fungsional di atas).
3. Jika ada perubahan nilai tukar yang bersifat material yang mempengaruhi laporan keuangan anak perusahaan, dan terjadinya setelah tanggal laporan keuangan anak perusahaan—yang telah diikutsertakan dalam laporan keuangan yang akan diaudit, maka anda perlu memberikan penjelasan mengenai perubahan tersebut di dalam “Rincian dan Penjelasan Laporan Keuangan” (footnote).
Selanjutnya, kita lihat disklosur (dalam footnote) yang diikutsertakan dalam Laporan Keuangan, sehubungan dengan translasi.

Footnote Yang Diperlukan Sehubungan Dengan Translasi Mata Uang Asing

Banyak transaksi dan item (dalam laporan keuangan) yang tidak bisa dipahami begitu saja oleh pembaca laporan keuangan—terutama investor, terlebih-lebih laporan keuangan yang disusun dengan melalui proses translasi.
Masalahnya, adalah tidak mungkin bagi akuntan (dan orang accounting yang menyusun laporan keuanganpada umumnya) untuk menyertakan setiap fase rincian kalkulasi ke dalam laporan keuangan. Untuk itulah footnote diperlukan.
Dalam laporan keuangan yang disusun melalui proses translasi, ada beberapa item yang karena kondisi tertentu, memerlukan footnote khusus, diantaranya:
Laba/Rugi sehubungan dengan pertukaran mata uang (termasuk translasi), harus dinyatakan dengan jelas dalam footnote. Contoh footnotenya sbb:
Entitas melakukan bisnis dengan beberapa perusahaan di Singapore sehubungan dengan aktivitas operasional ekspor-impor yang berkelanjutan. Hal ini menghasilkan beberapa utang yang didenominasi dalam satuan mata uang SIN$, dengan tunggakan berkisar antara Rp 250,000,000 hingga Rp 500,000,000 pada sewaktu-waktu. Perusahaan tidak melakukan aktivitas pemagaran (hedging) terhadap risiko fluktuasi nilai tukar yang mempengaruhi utang-utang tersebut. Selama periode pelaporan ini, entitas memperoleh manfaat berupa laba selisih kurs, pada utang-utang tersebut, dengan nominal sekitar Rp 75,000,000.”
Item selanjutnya yang membutuhkan footnote khusus yaitu akun “Cadangan Translasi Mata Uang Asing”—di bagian “Ekuitas Pemilik”—yang menampung sekaligus mengakumulasikan selisih akibat translasi dari mata uang fungsional anak perusahaan ke mata uang pelaporan perusahaan induk. Untuk item ini, anda perlu menyertakan footnote yang menjelaskan mengenai: (a) perubahan saldo pada akun ini; (b) nominal pajak penghasilan badan yang dialokasikan ke akun ini; dan (c) berapapun nilai nominal yang dikeluarkan dari akun ini akibat penutupan atau penghentian operasional anak perusahaan. Berikut adalah contoh footnotenya:
Entitas menyajikan ringkasan semua selisih rate yang timbul dari translasi laporan keuangan tiga anak perusahaannya di luar negeri ke dalam laporan konsolidasi, di kelompok ekuitas laporan posisi keuangan. Selama periode laporan, saldo akun ini mengalami penurunan sebesar Rp 2,200,000, sehingga saldo laporan menjadi Rp 220,000,000, mencerminkan pengaruh rugi translasi kumulatif selama periode laporan. Sekitar 35% dari penurunan ini dapat diatribusikan ke perusahaan perkebunannya di Malaysia. Sisa penurunan yang 65% dapat diatribusikan ke dalam pengahapusan bertahap investasi pada anak perusahaan Takayama Co. Ltd di Jepang.”
Item terakhir. Seperti sudah saya sampaikan sebelumnya, bahwa: perusahaan induk perlu membuat footnote untuk mencerminkan perubahan nilai tukar bersifat material yang mempengaruhi laporan keuangan anak perusahaan, dan perubahan tersebut terjadi setelah tanggal laporan keuangan anak perusahaan.Contoh footnote nya adalah sebagai berikut:
Sekitar 30% laba perusahaan diperoleh dari penjualan ke Bangkok, Thailand. Pada tanggal 20 Juanuari, setelah laporan ini dibuat, nilai tukar Thailand Bhat (THB) jatuh 15% dibandingkan nilai tukar pada tanggal Laporan Keuangan. Karena semua penjualan ke Thailand didenominasi dalam THB, hal ini mewakili potensi kerugian kerugian sekitar 15% ketika pendapatan dari pelanggan diterima dalam bentuk THB. Saat ini, penurunan nilai tersebut mewakili kerugian pertukaran mata uang asing kurang lebih Rp 280,000,000. Sampai saat laporan ini dirilis, belum ada pembayaran piutang diterima dari pelanggan, sehubungan dengan penjualan tersebut. Pembayaran semua penjualan baru akan diterima di akhir Februari, sehinga kemungkinan akan mengalami fluktuasi lebih lanjut sesuai dengan posisi tukar yang akan berlaku pada saat itu.”
Contoh-contoh footnote yang saya sajikan di atas hanya contoh semata—untuk bisa dijadikan acuan dasar bagi mereka yang belum pernah membuat footnotes untuk kasus tranlasi laporan keuangan. Pada kenyataannya, tentu anda bisa membuat redaksi sendiri—dengan bahasa yang mungkin lebih formal dan mudah dipahami oleh pembaca laporan keuangan—sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya.
Dengan footnotes ini, maka pembahasan seri “Prosedur Translasi (Laporan Keuangan) Mata Uang Asing Sesuai IFRS” saya anggap sudah selesai. Untuk lebih lengkapnya, saya sarankan supaya membaca isi IAS 21 yang asli, PSAK terkait, dan interpretasinya, jika ada. Segala bentuk koreksi dan masukan, akan membuat tulisan ini menjadi lebih bermanfaat bagi khalayak pembaca.

0 Prosedur Translasi (Laporan Keuangan) Mata Uang Asing Sesuai IFRS (Part 1)

Translasi Laporan Keuangan Mata Uang Asing IFRS
Di era globalisasi sekarang ini, transaksi bisnis yang menggunakan mata uang asing bukan sesuatu yang aneh, apalagi bagi perusahaan yang memiliki anak perusahaan atau kantor cabang (operasional) di luar Indonesia. Akan tetapi, hingga saat ini, translasi laporan keuangan anak perusahaan—yang menggunakan mata uang asing—masih merupakan tantangan tersendiri bagi sebagian akuntan dan orang accounting pada umumnya. Terlebih-lebih setelah diberlakukannya IFRS. Lewat tulisan ini JAK ingin membahas prosedur translasi (laporan Keuangan) mata uang asing sesuai ketentuan IFRS, satu-per-satu dan selangkah-demi-selangkah.
Translasi (atau konversi) mata uang asing dalam laporan keuangan, buat saya pribadi, bukan sesuatu yang sederhana, apalagi jika harus mengikuti standar pelaporan keuangan yang terus berubah dari waktu-ke-waktu. Prosedurnya itu sendiri sudah rumit, ditambah lagi dengan langkah-langkah prosedur yang lumayan panjang, sehingga urusan mentranslasikan laporan keuangan bermata uang asing, bukan bekerjaan yang mudah.
Tapi jangan khawatir, mudah-mudahan, tulisan JAK ini bisa membantu anda untuk memahami prosedur translasi laporan keuangan bermata-uang asing dengan lebih mudah.
Dalam IFRS, teknis dan prosedur translasi laporan keuangan dengan mata uang asing diatur dalam IAS 21. Dalam PSAK, saya yakin ini diberi kode PSAK 21. Jika anda punya cukup waktu dan bisa memahami panduan IFRS asli dan PSAK, silahkan baca. Jika tidak, silahkan ikuti tulisan ini hingga selesai.
Ada 2 metode yang disarankan oleh IFRS, dalam mentranslasikan laporan keuangan anak perusahaan (subsidiary entities) yang menggunakan mata uang asing, yaitu:
  • Translasi ke dalam mata uang pelaporan (presentation currency); dan
  • Translasi ke dalam mata uang fungsional (functional currency).
Ada kalanya suatu perusahaan tunggal (tidak memiliki perusahaan anak), tetapi bertransaksi dalam mata uang asing, sehingga perlu mengkonversikan nilai nominal transkasi-transaksi tersebut. Untuk itu, yang digunakan BUKAN salah satu dari kedua metode translasi di atas, melainkan prosedur “translasi atas transkasi mata uang asing” secara langsung. Saya juga akan bahas prosedur ini.
Tak kalah pentingnya untuk diketahui oleh mereka yang melakukan pekerjaan translasi laporan keuangan, yaitu “Disklosur khusus—untuk situasi tertentu—sehubungan dengan translasi mata uang asing”.
Saya akan bahas keempat topik tersebut, lewat seri tulisan ini (mudah-mudahan tidak kepanjangan) secara bertahap, satu-per-satu, setahap-demi-setahap. Tetapi sebelum itu, ada satu hal yang sangat penting untuk diketahui yaitu mengenai…

Apa itu Mata Uang Fungsional dan Apa Itu Mata Uang Asing?

Memahami konsep “mata uang fungsional” dan “mata uang asing” adalah kunci untuk memahami prosedur translasi laporan keuangan, secara keseluruhan. Tanpa pemahaman ini, mustahil bisa memahami prosedur translasi laporan keuangan dengan benar.
Kita mulai dengan pertanyaan: apa itu mata uang fungsional (functional currency)?
IFRS mendefinisikannya mata uang fungsional sebagai:
the currency of the primary economic environment in which an entity operates.”
Sehingga, jika saya terjemahkan secara bebas, maka:
“Mata uang fungsional adalah mata uang (yang dipergunakan) dalam lingkungan ekonomi utama dimana perusahaan beroperasi”.
Apakah definisi di atas bisa dipahami? Saya yakin tidak banyak orang yang bisa langsung paham. Begitulah bahasa standard, memang agak sulit untuk dipahami. Itu sebabnya saya agak enggan menggunakan bahasa standar (atau ilmiah). Dalam definisi versi IFRS di atas misalnya, saya yakin tidak semua orang paham dengan istilah “primary economic environment”—bahkan untuk bule sekalipun. Kalau harfiahnya, mungkin semua orang juga tahu, bagaimana dengan makna kontekstualnya?
Yang dimaksud dengan “mata uang lingkungan ekonomi utama” dalam konteks ini, biasanya (tapi tidak selalu), adalah: mata uang yang dihasilkan atau dibelanjakan, secara mayoritas, dalam operasional perusahan.
Lumrah dan logisnya (meskipun tidak selalu), perusahaan menghasilkan dan membelanjakan kas dalam mata uang lokal dimana perusahaan beroperasi. Misalnya: perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia, lumrahnya, menghasilkan dan membelanjakan kas dalam mata uang Rupiah (IDR), secara mayoritas—meskipun ada yang dalam mata uang asing tetapi porsinya tidak banyak.
Sehingga, mata uang fungsional biasanya (meskipun tidak selalu) adalah mata uang lokal dimana perusahaan beroperasi. Misalnya: JAK Corp. punya anak perusahaan bernama JAK Pte Ltd yang beroperasi di Singapore. Maka, lumrahnya, mata uang fungsionalnya JAK Pte Ltd adalah Singapore Dollar (SIN$).
Bagaimanapun juga, seperti telah saya sebutkan berulangulang, “mata uang lokal” TIDAK SELALU otomatis menjadi mata uang fungsional.
Mata uang fungsional, menurut IFRS, adalah mata uang yang:
  • secara mayoritas, mempengaruhi harga jual dan harga beli barang/jasa, ATAU digunakan sebagai pengukur nilai beli atau nilai jual oleh regulator dimana perusahaan beroperasi.
  • secara mayoritas mempengaruhi harga bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya-biaya lain, sehubungan dengan pembuatan produk/jasa yang diperdagangkan.
Sekalilagi, dari petunjuk di atas bisa dilihat bahwa, menurut IFRS:
Mata uang lokal” dimana anak perusahaan beroperasi TIDAK OTOMATIS menjadi mata uang fungsionalnya. Bisa saja mata uang fungsionalnya adalah mata uang asing, jika kriteria di atas terpenuhi. Ini penting. Harus diingat baik-baik.
Sebagai lawan dari mata uang fungsional (functional currency) adalah “mata uang asing” (foreign currency). Sehingga yang dimaksudkan dengan “mata uang asing”—dalam konteks pelaporan keuangan—adalah: mata uang selain mata uang fungsional. Dan yang dimaksudkan dengan “transaksi mata uang asing” adalah transkasi-transaksi yang diukur (atau istilah standarnya “didenominasi”) dalam satuan mata uang selain mata uang fingsional atau memerlukan pelunasan dalam mata uang selain mata uang fungsional—yang timbul ketika perusahaan:
  • Membeli dan menjual barang atau jasa dalam bentuk kredit yang harganya didenominasi (diukur) dalam satuan mata uang asing.
  • Meminjam atau meminjamkan dana atau utang-piutang yang didenominasi dalam mata uang asing.
  • Memperoleh/membeli atau menjual aset tetap dalam mata uang asing.
  • Melunasi kewajiban yang didenominasi (diukur) dalam satuan mata uang asing.
Misalnya: Jika meneruskan contoh sebelumnya, dimana mata uang fungsional JAK Pte Ltd adalah SIN$, maka mata uang apapun selain SIN$ adalah “mata uang asing” bagi JAK Pte Ltd. Dan, transkasi-transaksi dalam mata uang apapun selain SIN$ adalah “transaksi mata uang asing” bagi JAK Pte Ltd.
Mengenai konsep mata uang fungsional, mata uang asing, dan transaksi mata uang asing, saya rasa sudah cukup jelas (jika belum, silahkan dibaca kembali, pelan-pelan atau tanyakan via ruang komentar). Berikutnya kita bahas bahas prosedur translasi, satu-per-satu, langkah-demi-langkah. Kita mulai dengan translasi ke dalam mata uang pelaporan…

Prosedur Translasi Ke Dalam Mata Uang Pelaporan (Presentation Currency)

Prosedur ini dipergunakan jika mata uang fungsional perusahaan anak adalah mata uang lokal dimana perusahaan anak beroperasi.
Misalnya: dari contoh kasus sebelumnya. JAK Corp berkedudukan di Indonesia memiliki perusahaan anak JAK Pte Ltd yang beroperasi di Singapore. Mata uang lokal Singapore sudah pasti SIN$. Jika (setelah diteliti), ternyata mata uang fungsional JAK Pte Ltd kebetulan juga SIN$, maka prosedur yang dipergunakan adalah “prosedur translasi ke dalam mata uang pelaporan.
Apa itu mata uang pelaporan?” mungkin ada yang bertanya seperti itu.
Yang dimaksud dengan “mata uang pelaporan” (presentation currency) adalah mata uang yang dipergunakan oleh perusahaan induk dalam melaporkan seluruh aktivitas operasional usahanya, termasuk operasional anak-anak perusahaan yang ada di luar negeri.
Sehingga “Translasi ke dalam mata uang pelaporan” artinya, mengkonversikan laporan keuangan anak perusahaan—yang menggunakan mata uang lokal dimana beroperasi sebagai mata uang fungsional—ke dalam dalam mata uang pelaporan perusahaan induk.
Misalnya:
JAK Corp berkedudukan di Indonesia, listing di BEJ, mata uang pelaporan JAK Corp di BEJ adalah Indonesian Rupiah (IDR). Merujuk ke contoh kasus sebelumnya, maka akuntan JAK Corp perlu mentranlasikan laporan keuangan anak perusahaannya yang di Singapore (JAK Pte Ltd)—yang menggunakan SIN$ sebagai mata uang fungsional—ke dalam satuan IDR, sebelum diikutsertakan (atau dikonsolidasikan) ke dalam laporan keuangan JAK Corp di Indonesia.
(Notetranslasi tidak harus dilakukan oleh perusahaan induk, pada prakteknya bisa saja dilakukan oleh anak perusahaan sebelum mengirimkan laporan keuangannya ke perusahaan induk).
Penting untuk diketahui: ”mata uang lokal” dimana perusahaan induk berkedudukan TIDAK serta-merta menjadi mata uang pelaporan. Dalam kasus JAK Corp yang berdudukan di Indonesia tadi misalnya, jika disamping listing di BEJ JAk Corp juga listing di Nasdaq (Amerika Serikat), maka mata uang pelaporannya untuk di Nasdaq adalah USD. Atau bisa jadi mengunakan USD baik untuk di BEJ maupun di Nasdaq. Jika ini situasinya, maka laporan keuangan JAK Pte Ltd (yang menggunakan SIN$ sebagai mata uang fungsional) ditranslasikan ke dalam USD.
Nah, bagaimana prosedur translasi ke dalam mata uang pelaporan? Berikut adalah langkah-langkahnya:
Langkah-1. Identifikasi dan Tentukan Mata Uang Fungsional Anak Perusahaan (subsidiary) – Seperti sudah saya sampaikan di atas, anak perusahaan bisa saja bertransaksi dalam beragam mata uang. Untuk itu, sebelum translasi dilakukan, perlu mengidentifikasi mata uang fungsionalnya. (Lihat caranya dalam penjelasan sebelumnya mengenai konsep mata uang fungsinal)
Langkah-2. Konversikan Transaksi Anak Perusahaan Ke Dalam Mata Uang Fungsionalnya – Setelah di langkah-1 selesai dilakukan (dan mata uang fungsional telah diketahui), maka di langkah yang kedua ini anda mengkonversikan semua transkasi yang terjadi di perusahan anak (apapun mata uangnya) ke dalam mata uang fungsionalnya. Penting untuk diperhatikan, semua anak perusahaan sebaiknya menggunakan mata uang fungsional secara konsisten dari tahun-ke-tahun, sehingga ada basis perbandingan yang pasti ketika pelaporan muti-tahun diperlukan.
Langkah-3. Konversikan hasil Laporan Posisi Keuangan (Neraca) ke Mata Uang Pelaporan – Setelah semua laporan keuangan anak perusahaan dikonversikan ke mata uang fungsionalnya (langkah-2), di langkah ketiga ini anda mengkonversikan semua laporan keuangan (baik anak perusahaan maupun induknya). Bisa saja perusahaan induk juga bertransaksi dalam beragam mata uang, selain mata uang pelaporannya. Misalnya: untuk pelaporan listing di Nasdaq, JAK corp menggunakan USD sebagai mata uang pelporan, sementara sebagian besar transkasi di JAK corp dalam IDR. Dalam situasi ini maka laporan posisi keuangan (Neraca) JAK corp—sebagai perusahaan induk-pun perlu dikonversikan ke dalam mata uang pelaporan.
Yups. Hanya tiga langkah saja. Mudah bukan?
Oopps.. ada ketentuan khusus yang harus diperhatikan APABILA perusahaan (entah anak atau induk perusahaan) berada dalam lingkungan ekonomi yang mengalami inflasi di luar batas kewajaran (bahasa standardnya “Hyperinflasi”). IAS 21 menyebutkan beberapa indikasi utama yang menunjukan adanya hyperinflasi—dalam suatu negara, yaitu:
  • Perilaku populasi terhadap mata uang lokal;
  • Harga yang bertautan dengan indeks harga; dan
  • Akumulasi rate inflasi selama tiga tahun mendekati atau mencapai 100%.
(CatatanTolong jangan tanya saya megenai indikasi yang pertama dan kedua, karena jujur saja saya belum mencari tahu apa yang dimaksudkan dalam hal ini. Sejauh yang saya tahu, dalam prakteknya, yang dijadikan patokan utama adalah indikasi yang ketiga. Akan sangat bermanfaat bila ada yang berkenan sharing mengenai indikasi yang pertama dan kedua).
Prosedur translasi khusus seperti apa yang harus dipergunakan bila perusahaan berada dalam lingkungan ekonomi yang mengalami hyperinflasi?
Jika perusahaan berada dalam lingkungan ekonomi yang mengalami hyperinflasi, menurut IFRS (IAS 21),maka LANGKAH-3 diatas harus memperhatikan 4 ketentuan berikut ini:
  • Tranlasikan semua ASET dan LIABILITAS dengan menggunakan “nilai tukar penutupan” (closing rate)—termasuk komparasinya (jika ada). Sebagai informasi tambahan, yang dimaksud dengan closing rate dalam hal ini adalah “spot exchange rate” pada TANGGAL NERACA. Sementara yang dimaksud dengan “spot exchange rate” adalah nilai tukar yang bisa direalisasikan segera untuk pertukaran mata uang pada waktu tertentu (dalam hal ini adalah pada tanggal neraca).
  • Translasikan (konversikan) semua PENDAPATAN dan BIAYA/COST dari masing-masing Laporan Laba Rugi—termasuk komparasinya (jika ada)—dengan menggunakan nilai tukar (exchange rate) pada TANGGAL TRANSAKSI. Jika rate per transaksi tidak diketahui, sebagai alternative anda bisa menggunaka “rate rata-rata” selama kurun waktu periode pelaporan.
  • Akui selisih pertukaran—atas konversi yang dilakukan—di akun “Pendapatan Kemprehsif Lain” pada laporan “Laba/Rugi Komperhensive.” Pada Neraca konsolidasi perusahaan induk, selisih pertukaran diamasukan ke dalam kelompok “Ekuitas” sebagai “Cadangan Translasi Mata Uang Asing” hingga anak perusahaan ditutup (tidak beroperasi lagi). Lihat prosedur berikutnya…
  • Pada saat penutupan (penghentian operasional) anak perusahaan, akumulasi nilai selisih pertukaran yang selama ini berada di akun “Cadangan Translasi Mata Uang Asing” direklasifikasikan dari equity ke Laba atau Rugi (sebagai adjustment) bersamaan dengan pengakuan “Laba/Rugi Penutupan Anak Perusahaan.”
Sebelum lanjut ke metode translasi berikutnya, mungkin ada yang bertanya-tanya:
Persisnya, nilai tukar (rate) mana yang digunakan?” Silahkan baca catatan khusus di bawah ini…

Rate Pertukaran Yang Digunalan Dalam Perhitungan Konversi Mata Uang Asing

Berikut adalah patokan dasar yang bisa digunakan dalam menghitung konversi mata uang asing secara umum:
  • Jika ADA, maka rate pertukaran yang digunakan adalah closing rate pada tanggal transaksi (lihat penjelasan prosedur di atas).
  • Jika TIDAK ADA closing rate, maka bisa menggunakan rate yang paling dekat dengan tanggal transaksi (rate yang berlaku besok paginya)
  • Jika ‘tanggal-laporan-keuangan-yang-akan-konversikan (ditranslasikan)’ berbeda dengan ‘tanggal-laporan-keuangan-kemana-akan dikonversikan (ditranslasikan)’ maka tentukan tanggal yang paling sesuai untuk dipergunakan sebagai basis translasi secara keseluruhan—untuk kemudian digunakan sebagai rate untuk konversi.
  • Jika ada ada beberapa rate yang tersedia sebagai basis translasi, maka gunakan rate basis translasi yang bisa digunakan sebagai basis rate perhitungan dana yang akan dipergunakan saat pembagian dividen. Sebagai alternative, bisa juga menggunakan rate yang akan digunakan untuk melakukan pembayaran (pelunasan) kepada pihak ketiga.
Di luar prosedur (dan ketentuan rate konversi) di atas, ada prinsip penting yang harus diperhatikan dalam melakukan translasi yaitu:
Kaitan ekonomis antar-elemen dalam laporan keuangan anak perusahaan yang ditranslasikan TIDAK BOLEH berubah setelah ditranslasikan ke dalam mata uang presentasi. Misalnya: Jika CURRENT RATIO laporan keuangan perusahaan anak—yang menggunakan mata uang fungsional—sebelum ditranlasikan adalah 3:1 dengan GROSS MARGIN 30% dari PENJUALAN BERSIH, maka setelah ditranlasikan kedua rasio tersebut tidak boleh berubah. Tujuan utama translasi laporan keuangan (anak perusahaan) dengan mata uang asing ke mata uang pelaporan adalah: agar aktivitas semua bisnis (induk dan anak) bisa dievaluasi dengan menggunakan alat ekur ekonomis yang sama.
Untuk prosedur translasi (laporan keuangan) mata uang asing sesuai IFRS part-1, saya cukupkan sampai di sini. Di tulisan berikutnya (Part-2) saya akan bahas mengenai: translasi ke dalam mata uang fungsional, konversi transkasi dengan mata uang asing, dan disklosur-disklosur (footnotes) yang diperlukan dalam penyajian laporan posisi keuangan (Neraca) sehubungan dengan translasi (laporan keuangan) mata uang asing. Selamat berakhir pekan.

0 Pengertian dan Definisi Akuntansi

 
 
 
 
Secara teknis, akuntansi merupakan kumpulan prosedur-prosedur untuk mencatat, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan dan melaporkan dalam bentuk laporan keuangan. Pengelolaan keuangan yang baik dan transparan memerlukan pengetahuan dan ketrampilan akuntansi secara baik. Kemampuan pelaku bisnis dalam memberikan informasi keuangan yang akirat akan sangat berdampak terhadap stakeholder bisnis itu sendiri. 
 
Berikut ini adalah pengertian dan definisi akuntansi:
 
# KAM (1990) 
Akuntansi adalah suatu seni pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan
 
# KOHLER'S DICTIONARY
Accountng is the recording and reporting of transaction
 
Akuntansi adalah suatu seni pencatatan dari transaksi - transaksi keuangan
 
# ACCOUNTING PRINCIPLES BOARD (1970)
Akuntansi adala suatu kegiatan jasa, yang fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam mengambil keputusan ekonomi - membuat pilihan - pilihan nalar di antara berbagai alternatif tindakan
 
# AMERICAN ACCOUNTING ASSOCIATION (1966)
Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi / entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil keputusan ekonomi oleh pihak - pihak yang memerlukan. Pengertian ini juga dapat melingkupi penganalisisan laporan yang dihasilkan oleh akuntansi tersebut
 
# Dr. M. GADE
Akuntansi adalah ilmu pengetahuan terapan dan seni pencatatan yang dilakukan secara terus menerus menurut sistem tertentu, mengolah dan menganalisis catatan tersebut sehingga dapat disusun suatu laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pimpinan perusahaan atau lembaga terhadap kinerjanya
 
# KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI (NO. 476 KMK. 01 1991)
Akuntansi adalah suatu proses pengumpulan, pencatatan, penganalisaan, peringkasan, pengklasifikasian dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu kesatuan ekonomi untuk menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan yang berguna untuk pengambilan keputusan
 
# SOPHAR LUMBANTORUAN (1989)
Akuntansi adalah suatu alat yang dipakai sebagai bahasa bisnis. Informasi yang disampaikannya hanya dapat dipahami apabila mekanisme akuntansi telah dimengerti. Akuntansi dirancang sedemikian rupa agar transaksi yang tercatat diolah menjadi informasi yang berguna
 
# ENCYCLOPEDIA BRITANNICA (1962)
Akuntansi adalah istilah yang luas yang emnunjukkan teori-teori tertentu, asumsi-asumsi mengenaio cara bertindak (behavior), peraturan-peraturan cara mengukur dan prosedur untuk mengumpulkan dan melaporkan informasi yang berguna tentang kegiatan-kegiatan dan tujuan-tujuan suatu organisasi  

Video program akuntansi

Dalam video ini akan diperlihatkan cara penggunaan software akuntansi
(indahf/Carapedia)


Pencarian Terbaru (100)
Pengertian akuntansi. Definisi akuntansi. Pengertian akutansi. Pengertian accounting. Pengertian akuntasi. Definisi akutansi. Defenisi akuntansi.
Pengertian akuntan. Arti akuntansi. Akuntansi adalah. Pengertian entitas. Arti entitas. Pengertian laporan keuangan transparan. Pengertian pencatatan menurut para ahli.
Arti accounting. Pengertian ekonomi akuntansi. Pengertian akunting. Pengertian akuntansi adalah. Devinisi akuntansi. Pengertian entitas dalam akuntansi. Pengertian akuntansi terbaru.
Definisi akuntasi. Pengertian tentang akuntansi. Pengertian dari akuntansi. Penertian akuntansi. Definisi accounting. Pengrtian akuntansi. Pengertian transparansi.
Akuntansi pengertian. Pengertian dan definisi akuntansi. Pngertian akuntansi. Defenisi akutansi. Definisi entitas. Pengetian akuntansi. Laporan keuangan transparan.
Definisi akuntansi terbaru. Pengertian transaksi ekonomi. Definisi akuntansi keuangan. Pemahaman akuntansi. Arti transparan. Pengertian pengertian akuntansi. Devinisi akutansi.
Pengertian entitas ekonomi. Pengertian pelaporan. Pengertian acounting. Pegertian akuntansi. Artikel teori akuntansi. Penegrtian akuntansi. Akuntansi definisi.
Arti akutansi. Definisi akuntan. Pengertian akuntansi secara umum. Pengertian akuntans. Pengertin akuntansi. Apa pengertian akuntansi. Laporan keuangan transparan adalah.
Pengertian akuntnsi. Arti entitas dalam akuntansi. Pengertian atau definisi akuntansi. Definisi laporan keuangan transparan. Difinisi akuntansi. Pengertiaan akuntansi. Arti dari akuntansi.
Pengertian akuntansi umum. Pengertia akuntansi. Definisi transaksi. Teori pemahaman akuntansi. Pengertian akuntansi sebagai ilmu. Seni akuntansi. Arti transparansi.
Pengertian transaksi akuntansi. Pengerian akuntansi. Arti akuntasi. Pengertian pelaporan dalam akuntansi. Pengertian akntansi. Pengertian akuntansi keuangan. Pegertian ankuntansi.
Pengertian transaksi dalam akuntansi. Pengertian transaksi. Pengertian akuntansi sebagai seni. Akuntansi sebagai ilmu. Terminologi teori akuntansi. Pengertian akuntansi jasa. Pegertian akutansi.
Pengetian akutansi. Pemgertian akuntansi. Difinisi akutansi. Arti entitas ekonomi. Instrumen pasar modal. Pengertianakuntansi. Review definisi akuntansi.
Pengertian definisi akuntansi. Akuntansi sebagai bahasa bisnis. Definisi akuntansi adalah. Pengertian akuntansi pertanggungjawaban. Penertian akuntasi. Pengertian kegiatan akuntansi. Pergertian akuntansi.
Penjelasan tentang akuntansi. Pengrtian akutansi.


SUMBER : http://carapedia.com/pengertian_definisi_akuntansi_info2032.html